Jangan Lewatkan Peluang Budidaya Tanaman Obat!


Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian mencatat bahwa Indonesia memiliki ketergantungan yang besar terhadap bahan baku dan obat konvensional impor senilai US$160 juta per tahun. Padahal tren global ”back to nature” menunjukkan pertumbuhan pesat, termasuk di Indonesia. Jamu sebagai produk tanaman obat (TO) khas Indonesia memiliki arti strategis di bidang kesehatan.


Masih dari sumber yang sama, berdasarkan prospek pengembangan dan tren investasi ke depan, lima komoditas TO yang potensial untuk dikembangkan adalah temulawak, kunyit, kencur, jahe dan purwoceng. Keempat jenis tanaman rimpang-rimpangan tersebut paling banyak digunakan dalam produk jamu karena diklaim sebagai penyembuh berbagai penyakit.



Produk setengah jadi dari temulawak, kunyit, kencur dan jahe adalah simplisia, pati, minyak, ekstrak. Sementara produk industrinya adalah makanan/minuman, kosmetika, sirup, instan, bedak, tablet dan kapsul. Produk setengah jadi purwoceng adalah simplisia dan ekstrak, produk industri dalam bentuk jamu seduh, minuman kesehatan, pil atau tablet/kapsul.


Mungkin banyak petani di Tanah Air yang sebenarnya juga menanam jenis tanaman obat di lahan mereka. Namun untuk digarap sungguh-sungguh menjadi bisnis mungkin masih langka. Tidak adanya pemahaman tentang potensi bisnis yang dimiliki oleh komoditi merupakan salah satu penyebab. Apalagi untuk mengolahnya menjadi produk industri.


Ambil salah satu contoh tanaman obat, yaitu kunyit atau dengan nama latin Curcuma domestica Val. Usaha budidaya tanaman kunyit skala besar (komersial) atau yang dilakukan secara intensif, di Indonesia belum ada dan sebagian besar petani cenderung menanam tanaman ini sebagai tanaman sampingan saja.


Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan (perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Dewasa ini rata-rata kebutuhan bahan baku kunyit untuk industri kosmetik/jamu
tradisional yang ada di Indonesia antara sekitar 1,5-6 ton/bulan. Tingkat kebutuhan pasar dari tahun ke tahun semakin meningkat dengan persentase peningkatan 10-25% per tahunnya. Kebutuhan lebih tinggi pada saat menjelang hari-hari besar/hari raya. Permintaan kebutuhan industri di atas sebagian besar berasal dari pasokan para petani. Melihat dari kebutuhan rata-rata industri jamu dan kosmetik yang ada di dalam negeri, suplai dan permintaan terhadap kunyit tidak seimbang, apalagi memenuhi permintaan pasar luar negeri.


Sementara kebutuhan kunyit dunia hingga saat ini mencapai ratusan ribu ton/tahun. Sebagian kecil dari jumlah tersebut dipenuhi oleh negara India, Haiti, Srilanka, Cina, dan negara lainnya. Di Indonesia kini sudah selayaknya dibudidayakan tanaman ini, terutama dengan sistem monokultur/tumpang sari sehingga produksi yang dicapai lebih cepat dan tinggi, agar kebutuhan minimal dalam negeri terpenuhi secara optimal. Walaupun di daerah Jawa Tengah kini sudah diupayakan sistem penanaman tersebut, juga diperhitungkan dari sudut produktivitas dan jalur tata niaganya, namun luas lahan tanam yang ada belum maksimal untuk memenuhi kebutuhan pasar luar negeri yang mencapai ratusan ribu ton/hanya. Indonesia sebenarnya mulai mengekspor kunyit. Negara yang dituju antara lain Asia (Malaysia, Singapura, Hongkong, Taiwan, dan Jepang), Amerika, dan Eropa (Jerman Barat dan Belanda).

Dari segi jalur tata niaga, kunyit tergolong efisien, karena dari petani langsung disalurkan ke pedagang pengumpul, lalu ke pabrik/pedagang besar. Maka harga yang diterima petani mencapai 70% dari harga tingkat pabrik, dimana 30% merupakan marjin tata niaga yang terdiri atas 12% marjin biaya dan 18% merupakan marjin keuntungan. Berdasarkan kondisi ini, tata niaga kunyit bisa ditingkatkan lagi, karena marjin terbesar berada pada keuntungan pedagang. Peluang agribisnis kunyit di Indonesia dapat dikembangkan. Kenyataan ini dilandaskan pada tingkat produktivitas, jalur tata niaga, dan kebutuhan kunyit dari berbagai industri yang membutuhkannya. (sumber: Departemen Pertanian dan www.iptek.net.id, 15 December, 2007)

2 komentar:

belajar mengatakan...

hai paman apa kbre..............!!!

liseum mengatakan...

Yang butuh tanaman ini bisa hubungi kami di chasiapro@gmail.com Siap kirim ke seluruh Indonesia. @Trims Prabowo JOgja

Posting Komentar

 
Powered by Blogger