Membangun Kebersamaan


Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang.
( I Tesalonika 5 : 15 )

Dewasa ini membangun pergaulan dengan sesama mulai terasa sulit.
Karena manusia sudah merancang hubungan pergaulan dari sudut pandang kelebihan dan kekurangan, sehingga komuniitas yang ada berbenturan antara kelebihan dan kekurangan yang dimiliki setiap orang.
Artinya ada erosi kebersamaan dalam satu komunitas mulai luntur, sehingga melahirkan kembali komunitas-komunitas baru yang sepaham dan tidak sepaham. Sehingga terjadi parboatbolatan.
Kisah nyata seorang pemuda kaya raya katakanlah dengan nama Howard. Pemuda ini diberi kesempatan oleh Tuhan memiliki harta berlimpah dan bergaul dengan seorang gadis cantik pada saat itu dan namanya katakan saja Jean Pieter.
Lalu mereka sepakat menerima pemberkatan nikah kudus sebagai suami istri di gereja melalui hamba Tuhan. 
Walaupun dia kaya dan memiliki istri yang cantik, tetapi Howard merasa tidak memiliki kedamaian dan keindahan dalam berumahtangga.
Pendek cerita Howard memaksa istrinya untuk cerai dan akhirnya dia bebas mencari kedaiaman dan keindahan dengan berlanglang buana dari satu negara ke negara lain dan tidur dari satu hotel berbintang ke hotel lainnya dengan sesuka hati menurut kemauannya.
Hingga pada satu hari, Howard menyadari bahwa kedamaian dan keindahan yang dicarinya tidak kunjung jumpa.
Hari-hari telah berlalu dengan penuh kesia-siaan, kesuraman hidup mulai menghantui pikirannya Howard, hingga membiarkan rambutnya tumbuh panjang terurai dan tak terurus, demikian dengan kuku kaki dan tangan sudah tidak pernah dipotong. Hidupnya tidak terurus dan tidak terawat. Kemudian setiap orang yang melihat dirinya dan mengatakan bahwa tuan Howard sudah sakit jiwa.
Saudara-saudara !
Manusia kadang memiliki gambaran serupa cerita diatas, bahwa Howard membangun sebuah kesalahan yaitu kurang menghargai pergaulan bersama istrinya dan menganggap orang lain sebagai sebuah subjek yang dapat dimanfaatkan. Demikian kadang dalam hidup setiap manusia selalu kurang menghargai pergaulan hidup, pergaulan bersaudara, pergaulan bertetangga, atau barang kali pergaulan dengan Tuhan kita sangat sedikit.
Tuhan tidak menginginkan komunitas manusia seperti itu.
Kalau kita menginginkan agar orang lain menghargai kita dan mau menerima kita, maka kita seharusnya terlebih dahulu harus menghargai dan menerima orang itu apa adanya.
Howard hanya menikmati pergaulan pada istrinya pada saat mereka hendak menikah, memang benar seorang wanita tercantik diantara wanita lainnya. Tetapi howard sulit membangun kebersamaan menjadi sebuah bangunan yang indah.
Mengapa terlupakan ? Karena manusia telah melupakan solidaritas yang diajarkan Tuhan. Dasar pe    mikiran solidaritas yang diajarkan Tuhan telah berubah menjadi individual yang bersifat rasionalis. Hukum pertama yang utama yaitu kasihilah temanmu atau sesamamu seperti dirimu sendiri. ( Mat. 22 : 37 )
Setiap orang pasti butuh pertolongan orang lain. Ini sesuai dengan firman Tuhan bahwa pada awalnya manusia itu diciptakan tidak baik apabila sendirian ( Kej. 2 : 18 ). Artinya Tuhan Allah dari awal sudah merancang kalau manusia itu hidup tidak baik bila seorang diri dan harus memiliki komunitas yang sempurna.
Manusia diciptakan Tuhan Allah sebagai mahluk sosial dan Allah sendiri yang merancangnya supaya manusia dapat merasakan kedamaian dan keindahan pergaulan dengan orang lain.
Itulah pentingnya manusia hidup dalam sebuah komunitas, membangun kebersamaan dengan sesama dan membangun kebersamaan dengan Tuhan Allah kita.
Saudara- Saudara ! kita harus waspada selalu karena Tuhan telah mengingatkan kita bahwa hari-hari ini penuh dengan rancangan kejahatan yang dibangun iblis dan hendak merubah komunitas kebersamaan kita. Bangunan kedamaian itu sangat indah, tetapi bila tidak kita jaga dengan baik maka habcurlah komunitas kita.  Firman Tuhan mengatakan hati-hati, waspadalah selalu sebab ada disekitar kita yang tidak menghendaki kalau komunitas hidup kita dalam damai. ( Galatia 6 : 9-10 )

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger